Kamis, 08 November 2012

Jadulman


Sebut gue bodoh ....
Dulu, gue tergila-gila dengan yang namanya gadget.
Benda berkilat dengan deretan tombol-tombol canggih. Setiap kali pencet, ada keajaiban terjadi. Bahkan sekarang tidak perlu pencet lagi. Tinggal sentuh. Tinggal gesekpun layarnya bisa berkelip-kelip. Keren.

Sebut gue udik ....
Dulu gue terngiang-ngiang pingin punya super komputer.
Segala sesuatu bisa ekspress dalam hitungan milisekon. Sekedip mata aja kerjaan bisa selesai rapi dengan sekali tekan. Gak banyak waktu terbuang. Gak harus banyak gerak badan. Ringkas.

Anehnya.
Sekarang-sekarang ini gue jadi cinta dengan benda-benda jadul.
Sesuatu yang warnanya kecoklatan. Berkesan tuwir dengan kesan karat dan gosong disana- sini. Berkesan primitif dengan guratan kayu dan bau tua menusuk hidung.

Apa karena umur yang sudah menerobos 40?
Atau karena sesuatu yang lain?

Waktu sobat gue dari jogja menghadiahi gue set teko poci gerabah buatan tangan yang harganya 17 rebuan, bukan main girangnya gue. Bagaikan menerima segepok harta dari firaun. Set teko poci itu sekarang jadi barang kecintaan di rumah. Walau ada teko kaca keren dan cangkir porselen yang mengkilap di rumah, gue selalu minta istri tercinta bikinken teh dalam gerabah itu. Entah kenapa, nyeruput teh dari gerabah membawa gue kembali ke hawa tempoe doeloe.

Waktu muda gue hobi beli pulpen yang ujudnya modern. Berbagai merk pernah gue beli, dari mulai bic, top, zebra, pilot, parker ori sampai mount blanc kw. Pokoknya kelihatan mentereng dan modern. Eh, sekarang gue kesirep hawa jadul. Senang dengan pulpen fountain dengan segala kerepotannya. Harus beli botol tintanya dan rajin menghisap tinta supaya pulpennya terisi terus. Belum lagi resiko jempol tangan hitam-hitam karena kecipratan.

Waktu dulu, rasanya lebih senang baca text book atau buku-buku psikologi populer yang sesak dengan teori-teori motivasi. Lha, sekarang, kalau lagi sepi dan suara jangkrik nyaring di rumah, gue tenggelam dengan buku-buku prosa dan cerpen bikinan Dee. Tulisan Dewi Lestari serasa memijat-mijat kepala gue dengan rajutan kata-katanya yang smart sekaligus eksoktik.

Sampai akhirnya gue sadar.
Gue penat dengan gaya hidup orang yang terlalu cepat dan rusuh di Jakarta. Semua pingin terlihat canggih. Semua pingin berkesan modern dan beradab. Tidak ada waktu lagi menikmati suara burung perkutut di pagi hari. No time for simple things. Semua serba efesien, tidak perlu gerak badan terlalu banyak. Mobil-mobil angkot dan cafe-cafe banyak diisi orang-orang autis yang pegang bb dan gesek-gesek ipadnya.

gue rindu.....
Rindu melakukan sesuatu old fashion way. Rindu menulis lagi di diary bersampul kulit dengan pulpen yang belepotan. Rindu berkumpul dengan sobat-sobat sambil lesehan di teras rumah sambil nenggak teh poci dari gerabah. Rindu mengulur-ngulur waktu dengan bacaan-bacaan yang gak mendatangkan duit. Rindu menggerakkan tungkai-tungkai tangan dan kaki seolah gak ada benda canggih di dunia ini. Rindu bersentuhan langsung dengan segala seuatu seadanya. Rindu merapi-rapikan barang di rumah kayak pembantu rumah tangga yang butuh naik gaji.

Rasanya baru berasa hidup.
Walau benda canggih berserakan di rumah. Tapi semoga mereka mengijinkan gue sejenak menganggap mereka gak ada. Yang ada cuma gue yang aneh, istri gue yang gemesin, dan kucing gue yang iseng.

So ... sebut gue jadul-man.

1 komentar:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus