Sebut gue bodoh ....
Dulu, gue tergila-gila dengan yang namanya gadget.
Benda berkilat
dengan deretan tombol-tombol canggih. Setiap kali pencet, ada keajaiban
terjadi. Bahkan sekarang tidak perlu pencet lagi. Tinggal sentuh. Tinggal
gesekpun layarnya bisa berkelip-kelip. Keren.
Sebut gue udik ....
Dulu gue
terngiang-ngiang pingin punya super komputer.
Segala sesuatu
bisa ekspress dalam hitungan milisekon. Sekedip mata aja kerjaan bisa selesai rapi dengan sekali tekan. Gak banyak
waktu terbuang. Gak harus banyak gerak badan. Ringkas.
Anehnya.
Sekarang-sekarang
ini gue jadi cinta dengan benda-benda jadul.
Sesuatu yang
warnanya kecoklatan. Berkesan tuwir dengan kesan karat dan gosong disana- sini.
Berkesan primitif dengan guratan kayu dan bau tua menusuk hidung.
Apa karena umur
yang sudah menerobos 40?
Atau karena
sesuatu yang lain?
Waktu sobat gue
dari jogja menghadiahi gue set teko poci gerabah buatan tangan yang harganya
17 rebuan, bukan main girangnya gue. Bagaikan menerima segepok harta dari
firaun. Set teko poci itu sekarang jadi barang kecintaan di rumah. Walau ada teko kaca
keren dan cangkir porselen yang mengkilap di rumah, gue selalu minta istri
tercinta bikinken teh dalam gerabah itu. Entah kenapa, nyeruput teh dari
gerabah membawa gue kembali ke hawa tempoe doeloe.
Waktu muda gue
hobi beli pulpen yang ujudnya modern. Berbagai merk pernah gue beli, dari
mulai bic, top, zebra, pilot, parker ori sampai mount blanc kw. Pokoknya
kelihatan mentereng dan modern. Eh, sekarang gue kesirep hawa jadul. Senang
dengan pulpen fountain dengan segala kerepotannya. Harus beli botol tintanya
dan rajin menghisap tinta supaya pulpennya terisi terus. Belum lagi resiko
jempol tangan hitam-hitam karena kecipratan.
Waktu dulu,
rasanya lebih senang baca text book atau buku-buku psikologi populer yang sesak
dengan teori-teori motivasi. Lha, sekarang, kalau lagi sepi dan suara jangkrik
nyaring di rumah, gue tenggelam dengan buku-buku prosa dan cerpen bikinan Dee.
Tulisan Dewi Lestari serasa memijat-mijat kepala gue dengan rajutan
kata-katanya yang smart sekaligus eksoktik.
Sampai akhirnya
gue sadar.
Gue penat dengan
gaya hidup orang yang terlalu cepat dan rusuh di Jakarta. Semua pingin terlihat
canggih. Semua pingin berkesan modern dan beradab. Tidak ada waktu lagi
menikmati suara burung perkutut di pagi hari. No time for simple things. Semua
serba efesien, tidak perlu gerak badan terlalu banyak. Mobil-mobil angkot dan
cafe-cafe banyak diisi orang-orang autis yang pegang bb dan gesek-gesek
ipadnya.
gue rindu.....
Rindu melakukan sesuatu old fashion way. Rindu menulis lagi
di diary bersampul kulit dengan pulpen yang belepotan. Rindu berkumpul
dengan sobat-sobat sambil lesehan di teras rumah sambil nenggak teh poci dari gerabah.
Rindu mengulur-ngulur waktu dengan
bacaan-bacaan yang gak mendatangkan duit. Rindu menggerakkan tungkai-tungkai
tangan dan kaki seolah gak ada benda canggih di dunia ini. Rindu bersentuhan
langsung dengan segala seuatu seadanya. Rindu merapi-rapikan barang di rumah
kayak pembantu rumah tangga yang butuh naik gaji.
Rasanya baru
berasa hidup.
Walau benda
canggih berserakan di rumah. Tapi semoga mereka mengijinkan gue sejenak
menganggap mereka gak ada. Yang ada cuma gue yang aneh, istri gue yang gemesin, dan
kucing gue yang iseng.
So ... sebut gue jadul-man.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)