Jumat, 24 Oktober 2014

Melekat or Not?

Hari ini koq bisa2nya ada dua event tragis yang serupa ...
Pertama, pas mata baru seger2nya melek pagi2 - seberes mengelap upil dan iler yang mengerak di muka, gue langsung buka laptop. Maksud hati pingin mengerjakan tugas kantor yang semestinya mudah, yaitu mengedit teks film yang konon mau dijadikan bahan training. Nah, berhubung dulu klip film itu pernah jadi bahan training sebelumnya, gue jadi enteng banget.
Tangan ama kepala udah pasang sabuk pengaman, siap kerja. Tokh, paling lama 30 menit kelarlah, bathin gue. Dan ...
Disinilah momen horornya terjadi. 

Begitu jari-jari mulai joget di atas keyboard mencari file2 yang diperluin, mendadak kumis gue layu semua (sejak kapan gue piara kumis?) ... Karena filenya ... Raib!

Padahal file itu hasil kerja keras seharian memotong dan meng-compile sequence video clip yang menguras darah dan serat jiwa (lebay.com). gue pun mati lemas sesaat. Segala gejala kegilaan dini terasa. Perut mules. Pala digergaji. Otot kebetot2.

Moment horor kedua, sorenya alkisah nemenin istri ngeceng bareng di McCafe. Ya walau status udah suami istri, berhubung kami masih berparas ganteng nian dan cantik skaleeee, maka sesekali kami berbagi waktu buat ngelaba bareng. Nah, sambil nyeruput minuman dewa Choco Frappe yang nekmatnya segunung, guepun ngoprek2 ipad dan berniat membalas email seseorang yang lagi butuh advis (muka carut marut kayak gue masih aja ada yg membutuhkan ... Heran). Dan berkat vitamin dari Choco Frappe yang over dosis, gue jadi blingsatan semangat balas email panjang kali lebar. Dan... Setelah mengagumi betapa indahnya balasan email gue itu, giliran tinggal sentuh jari sedikit dan "send".

Maka, kejadian horror terulang kembali.

Ini pasti gara2 Choco Frappe yang terlalu bikin gue fly. Jari gue meleset ke tombol yang keliru. Dan "klik". Too late, bro. Tertulis di situ "delete draft" ... So much too late. Untuk kedua kalinya hari ini, sesuatu lenyap hangus. Something yang udah gue bangun, gue racik pelan-pelan, gue cintai dan kagumi musnah ditelan dewa langit. Di tengah keramaian pengunjung McDonald itu, seseorang lagi2 terkena sympton gila sesaat. Rambut berketombe. Keringat bau apek. Mata sipit. Jerawat bertumpuk ... (Eh itu sih bukan sympton.... Memang dari dulu begitu ...)

So, saudara2. Berapa kali kita mau mati rasanya setelah kehilangan sesuatu yang udah begitu rasanya menjadi "milik" kita? Jelas, gue bukan satu2nya. Kehilangan itu adalah skenario permanen hidup kita yang serba fana ini. Hilang uang, hilang pacar, hilang harga diri, hilang henpon. Mengulang pepatah kuno yang sekarang lagi tren ... Kita jadi berseru "Sakitnyaa itu di siniiii...." Sambil jari tangan menunjuk ke puser (versi gue).

Bisakah kita terlepas dari kutukan itu? Keep loosing something?

Mengutip istilah guru-guru berjenggot putih panjang nun jauh di sana, kita adalah manusia yang selalu "melekat" dengan sesuatu atau seseorang. Dan kemelekatan ini adalah sumber ketidakwarasan manusia dari abad ke abad. Dan karenanya, kitab2 bijak sering lantang menasihati kita "Jangan melekat ... Dan engkau akan lebih bahagia". Indahnnyaaa ....

Problemnya. Not that easy. Bahkan guru2 rohani jaman sekarang terang2an masih melekat dengan banyak hal. Ego. Identitas. Pride. Lha .. Apalagi kita yang awam ini ...
Seseorang  sahabat super gue pernah berkata, "Kayaknya gak mungkin deh kita ga melekat ... Karena kelekatan adalah indikasi cinta ..." Ow.. Owww ... Bener juga.

Barangkali .... Bukan kita diharuskan tidak melekat. Tapi bagaimana caranya kelekatan kita tidak berujung pada kemusnahan kita sendiri manakala object lekat kita terlepas. Dan ... gue entah dari mana tiba2 mendapat wangsit ... "Kelekatan ala Post It Notes". Melekat namun tidak melekat.  Boleh kita mencintai, boleh kita bergantung dan bergelayutan dengan something or some one. But when the time comes, the separation will not killing us softly. Mirip seperti bambu, yang boleh gubrak ketiup badai... Namun segera tegak kembali dan tetap merona hijau.

Dan .... Memang gue collapse dan copot mata gue kehilangan hal-hal berharga yang sudah gue bangun dengan hati2. Tapi ... Pelan2 ....seperti adegan drakula yang bangun dari peti tidurnya, guepun bangkit kembali ... Sambil nyengir dengan sejuta ketombe yang masih bersarang di rambut ....
I m back .....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar