Selasa, 25 Desember 2012

Oh ... Kalender


Kenapa kita begitu kesirep. Membeku sejenak kala merobek halaman terakhirnya. Seolah hidup kita mendadak mentok ke pagar kenyal, meminta kita untuk menggeliat jengah di detik-detik melintas ke lembar kalender berikutnya.
Dan sebelum layak memutar knob pintu 2013, kita bagai ditusuk dulu oleh papan tajam yang bertanya "apa yang sudah kamu buat di 2012?"


Apa rekening sudah menggemuk hasil menabung rajin?
Apa jabatan sudah membumbung ke awan hasil memeras peluh?
Apa badan bertambah singset hasil fitness berbulan-bulan?

Apakah kita masih betah mencari yang kasat mata untuk menakar sukses, demi bisa menambah deretan kata syukur di doa penutup tahun?
Menganggap Tuhan seperti rentenir belanda yang menagih utang di akhir tahun?

Betulkah Tuhan butuh kita jadi makin langsing, makin tajir, makin berpangkat?
Kalau iya begitu. Oh alangkah melelahkannya akhir tahun itu. Lelah badan, lelah jiwa. Karena bikin kita panik mencari-cari bukti betapa 2012 sudah kita jejaki dengan tapak gemilang. Membuat kita blingsatan mengarang-ngarang cerita masuk akal tentang betapa gagahnya hidup kita di tahun 2012. Dan bila ternyata laci-laci hidup kita sepi bukti, maka bantalpun jadi sasaran. Dicucuri air mata kita semalaman mengutuki hidup kita yang kurang sukses, kurang maju, kurang mapan.

Atau
Sesekali, kita ganti teropong kita. Bukan lagi untuk mencari-cari bintang sukses kita di langit maha tinggi. Melainkan teropong tanah, yang mencari-cari seberapa dalam akar hidup kita sudah menjulur. Akar yang gak tampak di permukaan tempat carut marutnya hidup kita. Akar yang tidak kasat mata, namun terasa gigitannya di sekujur jiwa kita.

Mungkin kita keluyuran masih pake angkot butut kemana-mana. Mungkin motor kita masih honda yang suka batuk-batuk kalo ditancap gas. Mungkin rumah kita masih numpang di tempat mertua. Mungkin hidup kita tidak sejengkal lebih baik dilihat di permukaan. Tapi di dalam, akar hidup kita makin menebal dan menjuntai. Membuat kita lebih kokoh menahan gulungan ombak hidup yang tak tentu. Membuat tubuh bambu kita bisa meliuk-liuk lincah walau disergap angin topan kehidupan. Akar yang membuat daun hidup kita makin rindang, dan membuat orang nyaman bersemayam di dekat kita tanpa harus berbalut handphone dan ipad keluaran terbaru. Dan kalaupun batang hidup kita tahu-tahu patah ditebas teror kehidupan, akar kita segera menyuntikkan kembali hawa hidup yang menumbuhkan tunas optimisme kita.

Katakan saja pada dunia,
"Boleh jadi aku masih garing dan bergurat kemiskinan. Tidak bergelimang piagam dan piala kesuksesan. Masih belum kuat beli dasi dari sutera. Tapi akarku melesak masuk ke bumi lebih dalam. Membuatku bisa berbagi senyum dan keceriaan pada sebanyak-banyaknya orang. Karena itulah satu-satunya harta hidupku yang bertambah di tahun 2012. Harta yang membuatku jadi jarang manyun dan krasak-krusuk sok sibuk berkarir. Harta yang membuatku bisa berpelukan dengan Tuhan saban detik. Harta yang tiap tahun aku gali sampai tandas. Biarlah yang lain sibuk membuat rumus-rumus resolusi buat tahun depan. Namun ijinkan aku tetap menggores hanya kasih di semua tahun yang kulewati dan kujelang. Dan sebagaimana kututup 2012 dengan lambaian kasih, maka 2013 pun akan kusambut dengan kecupan kasih ..... Selamat Tahun baru."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar